ABU NAWAS REZEKI NOMPLOK
Dikisahkan kondisi ekonomi keluarga Abu Nawas sedang mengalami kesusahan. Ia pun berinisiatif mencari pekerjaan untuk menafkahi keluarganya, maka pergilah Abu Nawas ke pasar.
Beberapa toko sudah ia datangi hendak melamar pekerjaan,
namun tak satu pun yang berminat menggunakan jasa tenaganya.
“Maaf, Abu Nawas. Toko Kami sedang sepi. Jadi kami tak mampu
untuk membayarmu,” ucap salah satu pemilik toko.
Hingga waktu menjelang siang, Abu Nawas masih belum juga
mendapatkan pekerjaan. Dengan perasaan kecewa Abu Nawas memutuskan balik ke
rumah.
Ketika ia tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena penasaran, Abu Nawas membungkuk dan mengambilnya.
“Ternyata cuma koin penyok yang sudah karatan,” gerutu Abu Nawas kecewa.
Meskipun begitu, ia memasukkan koin tersebut ke dalam sakunya. kemudian ia melanjutkan
langkahnya pulang ke rumah.
Saat ia melewati toko barang antik, ia ditegur oleh si
pemilik toko yang kebetulan adalah sahabatnya “Hai, Abu Nawas. Dari mana? Mampirlah
kemari!” titahnya.
Abu Nawas pun mampir ke toko sahabatnya itu. Ia lalu
dipersilahkan duduk dan diajaknya minum secangkir teh hangat.
“Dari pagi aku mencari pekerjaan, tapi belum juga aku
dapatkan,” ucap Abu Nawas membuka obrolan.
“Kondisi pasar memang sedang lesu, Abu Nawas. Kamu sendiri
lihat, ‘kan toko saya terlihat sepi?” balas sahabatnya.
“Oh, iya. Tadi aku menemukan koin, tapi kondisinya sudah
penyok dan karatan. Kalau kamu berminat ambil saja,” kata Abu Nawas sambil
menyerahkan koinnya.
Sahabatnya itu tampak serius mengamati koin pemberian Abu
Nawas “Ini, ‘kan koin barang antik, Abu Nawas? Banyak yang mencarinya. Kemarin
saja, ada saudagar kaya datang kemari, ia hendak membeli koin seperti ini.”
“Begini saja, Abu Nawas. Kamu sedang butuh uang, ‘kan?”
“Sebagai imbalannya, aku kasih kamu uang 300 Dinar,” ucap
sahabatnya.
“Kamu serius?” tanya Abu Nawas kaget.
“Ya, iyalah. Saya serius,” balas sahabatnya sambil memberikan
uang 300 Dinar.
Setelah menerima uang tersebut Abu Nawas buru-buru pamit
pulang, ia berencana membeli makanan bagi keluarganya.
Di tengah jalan, Abu Nawas berpapasan dengan seseorang yang
sedang membawa kambing. Terlintas di benak Abu Nawas ingin membeli kambing
tersebut untuk dijadikan hidangan, tapi sayangnya uang yang ia punya hanya 300
Dinar.
“Kamu berminat membeli kambing ini?” tanya orang tersebut.
“Iya, tapi uangku cuma 300 Dinar,” jawab Abu Nawas.
“Tidak apa-apa. Aku memang hendak menjualnya 300 Dinar,”
balas orang tersebut.
“Akhirnya Abu Nawas berjalan pulang dengan membawa seekor
kambing, dan lagi-lagi, ketika ia melewati rumah saudagar kaya, Abu Nawas
dipanggilnya. “Hai, Abu Nawas. Sini aku beli kambingmu!”
“Nanti malam aku mau mengadakan pesta keluarga!” ucap
saudagar kaya.
“Boleh, tapi harganya 1000 Dinar!” jawab Abu Nawas
asal-asalan.
Tanpa diduga, saudagar kaya tersebut menyetujuinya. “Ya. Sini
aku bayar,” kata saudagar kaya.
Dengan senang hati Abu Nawas menjual kambingnya, sebab ia
mendapat untung 700 Dinar.
Maka Pulanglah Abu Nawas dengan membawa uang seribu dinar.
Sialnya saat ia hendak masuk rumah, Abu Nawas dihadang kawanan
perampok. Salah satu dari mereka mengacungkan pisau belati ke arah Abu Nawas.
“Berikan uangmu atau aku akan membunuhmu!” ancam si perampok.
Dengan tubuh gemetaran Abu Nawas memberikan uang 1000 Dinar
miliknya, sementara istri Abu Nawas yang melihat kejadian itu dari balik
jendela langsung keluar dan berteriak. “Hai, apa yang kalian lakukan!”
Mendengar teriakan tersebut, para perampok ini langsung kabur
tunggang langgang.
“Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja, ‘kan? Apa yang
diambil oleh perampok tadi?” tanya sang istri.
Tak ingin membuat istrinya marah, Abu Nawas mengangkat bahunya
dan berkata, “Oh. Bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi
pagi.”
Abu Nawas pun berjalan memasuki rumahnya. Di alam rumah, Abu Nawas
duduk termenung. Ia meratapi kejadian yang barusan menimpanya. “Mungkin uang
tadi bukan rezeki saya,” batin Abu Nawas menghibur diri.
Tak berselang lama tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seseorang.
Abu Nawas beranjak dari tempat duduk dan membukakan pintu. Ternyata
tamu yang datang adalah sahabatnya yang mempunyai toko barang-barang antik. “Hai,
Abu Nawas. Ada kabar gembira untukmu. “Koin
yang kamu temukan ternyata laku sampai 10.000 Dinar.”
“Aku pikir akan lebih bijak bila hasilnya dibagi dua denganmu,”
kata sahabatnya.
“Tadi siang aku sudah memberimu 300 Dinar, dan Ini sisanya
4700 Dinar. Silakan diterima,” ucap sahabatnya sambil memberikan uang.
“Alhamdulillah. Terima kasih, Kawan,” balas Abu Nawas.
No comments:
Post a Comment